Home » , » Tiga Guru “kebajikan“

0
Sahabat
Tiga Guru “kebajikan“


Oleh : Miftahuddin*

Di suatu ketika pada perang Yarmuk, sejumlah tentara muslim terlihat sedang dalam kondisi kritis karena terluka saat perang. Di antara mereka ada tiga orang, Ikraimah, Harits, dan Suhail, yang telah terluka parah dan sekarat. Kemudian seorang perawat menghampiri Ikraimah dan memberikan segelas air minum. Ketika hendak meminum air tersebut, tiba-tiba Harits, yang berada tidak jauh dari Ikraimah mengerang kesakitan dan kehausan. Ketika Ikraimah mendengar rintihan sahabatnya tersebut, ia tidak jadi meminum air tersebut. “Berikan air minum ini kepada Harits, karena ia lebih membutuhkan air ini”, kata Ikrimah kepada perawat tersebut. Maka perawat tersebut membawakan air itu kepada Harits yang sudah dalam keadaan sekarat.
Di saat Harits hendak meminum air tersebut, tiba-tiba ia mendengarkan jeritan salah seorang sahabatnya yang juga dalam kondisi terluka yaitu Suhail. Mendengar jeritan itu ia tidak jadi meminum air tersebut. “Berikan air ini terlebih dahulu kepada sahabatku Suhail”, kata Harits. Kemudian sang perawat itu pun menghampiri Suhail dan memberikan air tersebut kepadanya. Belum sampai Suhail meneguk air tersebut, terdengarlah jeritan Ikraimah yang sejak tadi juga kesakitan akibat luka yang dideritanya. Maka Suhail pun berkata pada sang perawat, “berikan saja dulu air ini kepada Ikrimah, dia terlihat telah sekarat”.
Sang perawat pun menuruti perintah Suhail. Tapi, sebelum sempat Suhail meminum air tersebut, dia telah syahid terlebih dahulu di jalan Allah. Tanpa berfikir panjang sang perawat pun langsung berlari menuju ke tempat Harits untuk memberikan air tersebut kepadanya. Begitu juga dengan kondisi Harits, sebelum ia meminum air tersebut akhirnya ia menyusul Ikrimah menghadap kepada sang ilahi dalam keadaan syahid. Kemudian sang perawat tersebut berlari lagi menuju tempat Suhail yang sedang sekarat. Ia hendak memberikan air minum kepadanya. Tapi sayang, ia juga bernasib sama seperti ke dua sahabatnya dan meninggal dalam keadaan syahid sebelum ia sempat meneguk segelas air yang di berikan kepadanya. Semoga Allah meridhoi mereka…

Saling mengharap ridho-Nya
 Subahanallah,,, sungguh mengagumkan sikap luhur dan kebajikan yang telah di contohkan oleh ketiga sahabat Rasulullah saw di atas. Mereka ikhlas saling mendahulukan kepentingan sahabatnya ketimbang dirinya sendiri. Meskipun pada saat itu mereka juga sangat membutuhkan air tersebut. Akan tetapi, karena mengaharapkan ridho dari Alllah SWT maka mereka lebih mendahulukan kepentingan sahabatnya. Hal ini sejalan dengan firmanNya yang artinya: “berlomba-lombahlah kamu dalam berbuat kebajikan”. (QS Al Maidah [5] : 40)
Jika kita perhatikan kondisi masyarakat sekarang ini, sangat jauh berbeda dari apa yang telah dilakukan oleh ketiga sahabat tersebut. Kebanyakan dari mereka akan lebih mendahulukan dirinya sendiri ketimbang orang lain. Terlebih di dalam kehidupan masyarakat kota. Kehidupan yang sangat individualis, dan materialistis. Tapi lain halnya dengan apa yang dilakukan ketiga sahabat di atas, justru mereka lebih mendahulukan sahabatnya ketimbang dirinya. Mereka juga telah memberikan pelajaran yang sangat berharga kepada kita tentang bagaimana menafkahkan harta kita baik itu dalam kondisi lapang maupun sempit.
Mari kita renungkan, betapa bijaksana dan lahurnya budi mereka. Meskipun nyawa berada di ujung tenggorokan tetapi mereka masih sempat untuk memikirkan kondisi orang  lain. Mereka butuh air tersebut untuk meyelamatkan nyawanya sendiri, tapi mereka berikan kepada sahabatnya yang juga membutuhkannya. bagaimanakah dengan kita??? bisakah kita melakukan seperti apa yang telah di contohkan oleh ketiga sahabat di atas ? coba tanyakan kembali kepada diri kita.


Sambut Kebahagiaan
Dari kisah ketiga sahabat di atas kita setidaknya bisa mengambil sedikit banyaknya pelajaran tentang kepedulian terhadap sesama. Meskipun dalam kondisi yang begitu susah, apalagi dalam kondisi mudah dan lapang. Itu semua dalam rangka untuk mendapatkan ridho Allah dan kebahagiaan di akhirat kelak. Demikianlah ciri dari seorang yang beriman. Dan pantaslah bagi mereka yang beriman untuk mendapatkan kebahagiaan berkat kebajikan yang mereka lakukan, “Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, Maka sekali-kali mereka tidak dihalangi (menenerima pahala) nya; dan Allah Maha mengetahui orang-orang yang bertakwa. (QS, Ali Imran [3] : 115)

*) Penulis adalah anggota API (Asosiasi Penulis Islam)
Bookmark and Share

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Photobucket Photobucket Photobucket