Oleh: Hasan*
Ketika langit bergemuruh, ombak menggunung, dan langit bertiup kencang, maka awak kapalpun dengan panik berseru “ya Allah”. Ketika orang yang berjalan di tengah gurun pasir dan tersesat, kendaraan tak tahu lagi jalan yang benar, dan kafilah sudah kebingungan menentukan arah lajunya, maka mereka berseru “ya Allah”. Ketika musibah menimpa, bencana dan tragedi melanda, maka orang – orang pun berseru “ya Allah”. Ketika pintu – pintu permohonan telah ditutup dan sekat – sekat permintaan telah dipasangkan, maka mereka pun berteriak, “ya Allah” !
Ketika semua cara dicoba dan ternyata tidak ada celah untuk keluar. Ketika semua jalan menjadi sempit, semua yang dicita-citakan buntu, dan semua jalan pintas pun telah pupus maka merekapun menyeru “ya Allah”!
(Dr.Aidh ibn Abdullah al-Qorni, “La tahzan”)
Dari ungkapan di atas tergambar, bahwa ketika kita kepepet dan terjepit dengan keadaan yang sangat mengkawatirkan maka di situlah kita akan sadar, bahwa Allah lah Tuhan yang dapat menolong kita
Akhir–akhir ini, bencana demi bencana datang menghampiri kita; mulai dari tanah longsor, banjir, dan gunung meletus. Bahkan tsunami pun sudah mulai akrab dengan kehidupan kita. Lihat saja tsunami yang melanda aceh beberapa tahun yang lalu. Ia telah memakan ratusan bahkan ribuan korban dan kerugian materi yang tidak sedikit.
Beberapa hari yang lalu tepatnya di minahi, sanreko yang terletak di wilayah timur jepang diguncang gempa yang berkekuatan 9,0 skala richter. Kemudian disusul gelombang tsunami yang dalam hitungan jam saja mampu menewaskan sedikitnya sepuluh ribu jiwa. Sementara ribuan warga lainya mengalami luka – luka. Belum lagi mereka yang selamat, namun terpaksa hidup tanpa aliran listrik dan air bersih. Hal ini mengancam lebih banyak lagi korban yang akan berguguran dan masih banyak lagi ancama-ancaman lainya yang menghantui kehidupan mereka.
Saudaraku, Jepang kita kenal memiliki kekuatan teknologi yang canggih dan merupakan negara super power di Asia. Namun ternyata, Jepang tidak mampu menghalangi datangnya gempa bumi yang kemudian disusul oleh tsunami.
Teknologi yang menjadi dambaan mereka rupanya tidak bisa berbuat banyak untuk melindungi mereka.Ternyata manusia lemah, tidak mampu berbuat apa-apa ketika bencana telah datang. Bagi kita yang mengaku sebagai orang – orang yang beriman, ragam kejadian yang melanda kehidupan kita belakangan ini hendaknya menjadi sinyal dini buat kita. Betapa manusia tak punya kuasa sedikitpun di hadapan Sang Maha kuasa.
Pernahkah kita mengintropeksi diri bahwa semua musibah ini diakibatkan oleh ketamakan dan kerakusan manusia itu sendiri. Coba kita renungi bersama-sama firman Allah surat Ar-rum ayat 41: “Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan oleh perbuatan manusia; supaya Allah merasakan kepada mereka seabagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (kejalan yang benar)”.
Ini artinya, musibah yang datang merupakan ulah dan perbuatan kita sendiri. Bisa saja bencana yang akan datang lebih hebat dan lebih dahsyat dari yang dibayangkan dan lebih cepat dari dari yang diprediksikan. Sehingga, solusi utama adalah kembali mengatur alam ini dengan aturan Allah. Akhirnya, kita hanya bisa memohon kepda Allah semoga Allah menjaga kita dari hal – hal yang tidak kita inginkan. Amiin.
*) Penulis merupakan anggota Asosiasi Penulis Islam (API) STAIL
0 komentar:
Posting Komentar