Oleh: D. Rasyid Albar*
Sudah
lewat dua jam aku berdiri, mondar-mandir di ruangan ini, mengamati barang-barang
bekas. Tas bekas, sepatu, panci, lemari besar dengan satu pintunya yang copot.
Sebuah tongkat di sudut ruangan yang dulu kupakai ketika pramuka. Kasur busa
yang sudah bolong di sana-sini serta berbagai macam barang dari yang masih
dapat dipakai hingga yang tak layak pakai. Ada satu hal yang terlupa. Aku yakin
sudah memeriksa semuanya hingga ke celah-celah sempit di antara tumpukan
barang-barang, namun tak kutemukan.
Aku
berjalan keluar dari gudang, kemudian duduk berselonjor, bersandar ke dinding
menghadap ke luar pintu belakang rumahku. Resah. Gelisah. Letih. Sedih? Tidak,
tidak. Tapi mungkin.
Kuputar
kembali ingatan kejadian tadi. Aku sudah memeriksa semua kamar, lemari,
rak-rak, dapur dan terakhir gudang. Namun tak kutemukan sesuatu itu. Sudah
beberapa hari ini aku merasa gelisah. Sangat gelisah, karena sesuatu yang
hilang itu. Makan tak enak, tidur tak nyenyak. Apapun yang kulakukan, aku tetap
merasa kehilangan.
Wait
a minute! Tunggu dulu! Sebenarnya aku kehilangan apa, sih? Apa sebenarnya yang
aku cari? Bagaimana mungkin aku menemukannya kalau apa sesuatu itu akupun tak
tahu?...
Sobat
API. Hampir semua dari kita pernah mengalami hal seperti di atas (walaupun
tidak persis seperti kisah di atas. Coz, ane menulisnya cuman ingin mengasah
keterampilan menulis. Hehe). Yup, kita suatu kali, atau mungkin beberapa kali,
merasa sangat gelisah karena merasa kehilangan sesuatu. Sesuatu yang bahkan
kita pun tak tahu apa itu. Bagaimana bisa ketemu?! Coba aja bayangin. Namun,
bukan berarti sesuatu itu mutlak tidak dapat ditemukan. Kita harus berusaha
mencari, apa sesuatu itu. Renungi, renungi dan renungi lebih dalam. Dan,
kemudian... ketemu! Sesuatu itu kebahagiaan akan iman. Ya, iman. Sesuatu itu
adalah iman. Iman akan Tuhan yang menciptakan rasa bahagia. Sesuatu yang tak
akan kita temukan di kamar kita, lemari, dapur, apalagi gudang. Ia terselip di
sudut ruang hati kita. Tenggelam di dasar samudera hati kita.
Sobat
API. Sekarang kita sudah tahu, apa sesuatu itu. Maka raihlah ia. Tempatkan ia
di tengah-tengah hati kita. Tariklah ia ke permukaan.
Sobat
API. Sering kita menganggap berfoya-foya, bergosip, berlibur, punya banyak
uang, punya mobil mewah, dan lain sebagainya, mampu membuat kita bahagia.
Padahal kebahagiaan yang sejati itu adalah iman. Meskipun pahit tersa. Pahit di
lidah, manis di hati.
Perlu
diingat! Orang yang tidak pernah merasa gelisah bukan berarti adalah orang yang
baik-baik saja. Bahkan seorang rasul pun pernah merasakan gelisah. Bagi kita,
rasa gelisah yang datang boleh jadi itu pertanda datangnya hidayah. Mungkin
tanpa kita sadari kita telah banyak berbuat kesalahan. So, yang penting, ketika
rasa kehilangan, gelisah, itu datang, segera mencari sesuatu itu. Dan
pertahankan agar kegelisahan tidak datang kembali, okey!
*) Penulis adalah anggota dari API (Asosiasi Penulis Islam)
1 komentar:
Sip....emang iman itu sebenarnya karunia luar biasa yang sering terlupakan...
Good writing....teruskan! :-)
Posting Komentar