Oleh: Roqit Kautsar*
Dalam kehidupan ini kita tidak bisa lepas dari masalah. Masalah selalu datang tanpa diundang, Datang kapanpun dan di manapun. Tanpa kita sadari setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik kita menemukan dan merasakan adanya masalah. Baik masalah yang muncul dari diri sendiri atau yang datang dari orang lain. Intinya, masalah akan selalu datang dan menyertai dalam hidup dan kehidupan manusia.
Milik Semua
Sejak terlahir ke dunia manusia sudah mempunyai masalah. Seorang bayi ketika lapar atau haus, sebenarnya dia sedang mengalami masalah. Dia berusaha keluar dari masalah dengan menangis agar ditolong oleh orangtuanya.
Ketika beranjak dewasa seseorang akan berinteraksi dengan orang lain, baik di sekolah, di rumah, atau tempat lainnya. Dari sanalah manusia akan berhadapan dengan dinamika kehidupan yang penuh dengan permasalahan. Semakin usia bertambah, semakin banyak dan kompleks permasalahan yang dihadapinya.
Sebenarnya masalah itu adalah sebuah fase dimana ia akan mendewasakan seseorang. Manusia tidak akan dewasa tanpa melalui dan melewati masalah. Masalah juga merupakan suatu tolok ukur untuk mengetahui kadar kemampuan seseorang. Apabila seseorang berhasil menghadapi permasalahannya maka sebenarnya dia telah mendapat predikat lulus dan derajatnya pun naik di hadapan Allah SWT.
Adapun kriteria seseorang yang lulus itu adalah, meskipun diberi kesenangan atau penderitaan jiwanya tetap stabil. Apabila orang tersebut diberi ujian penderitaan, maka tidak ada keluh kesah ataupun prasangka buruk dalam dirinya kepada Allah. Sedangkan apabila orang tersebut diberi ujian kesenangan ia tidak akan merasa takabur (lupa), karena ia tahu keistimewaan yang diberikan Allah bukanlah miliknya dan bukan semata-mata karena usahanya. Penyerahan dirinya total, didasari atas kesadaran bahwa semuanya dari Allah dan akan kembali kepada Allah.
Tetapi bukan berarti orang yang tidak berhasil menghadapi masalahnya adalah orang yang gagal. Karena kegagalan itu merupakan kesuksesan yang tertunda. Banyak orang besar berawal dari kegagalan.
Thomas Alfa Edison, seorang ilmuan yang menciptakan bolam lampu, misalnya. Ia memulai kesuksesannya dengan kegagalan demi kegagalan. Namun karena semangat dan keteguhan hati yang tinggi, ia mampu membuktikan kepada dunia bahwa dia ada dan bisa menunjukkan prestasi.
Contoh yang lain ialah seorang aktor hollywood bernama Silvester Stallone. Dulu ia hanyalah laki-laki yang gagap saat bicara. Namun sekarang kita mengenalnya sebagai bintang film internasional termahal.
Ia memulai kisah suksesnya dengan membuat naskah film yang kemudian ia tawarkan ke berbagai agen film di New York. Berkali-kali ia tawarkan sampai sebanyak 1500 kali, tetapi tidak ada agen film yang mau menerima. Namun ia tidak patah semangat.
Sampai kemudian ada studio yang mau membeli naskahnya seharga US$ 20.000. Akan tetapi karena bintang utamanya bukan dia, ia pun menolak. Ia hanya mau kalau yang menjadi bintang utamanya adalah dia, bukan orang lain. Sang produser pun menaikkan tawarannya menjadi $80.000, $ 125.000, $250.000, sampai $ 325.000. Namun ia tetap menolak.
Akhirnya produser setuju dan menjadikan ia sebagai tokoh utama dalam fim tersebut. Namun hanya dengan bayaran $ 20.000 untuk naskah cerita ditambah $ 340 per minggu sesuai upah minimal seorang aktor. Setelah dipotong biaya-biaya komisi agen dan pajak ia hanya mndapatkan penghasilan bersih sebesar $ 6.000.
Alhasil film “Rocky” yang dibintanginya meledak di pasaran. Dia pun dinominasikan meraih Academy Award sebagai aktor terbaik. Dari film “Rocky”, kesuksesan terus menggiringnya selama beberapa dekade. Serial “Rocky” (Rocky 1-5) dan “Rambo” (Rambo 1-4) meraih hampir US$ 1 miliar.
Kalau dulu Stallone patah semangat dan berhenti menawarkan naskah filmnya ketika sampai pada usaha ke-1.500 kali tidak ada agen film yang mau menerima, ia tidak akan menjadi apa-apa. Atau mungkin, ketika dia lebih memilih menjual naskahnya seharga $ 325.000 dengan syarat dia tidak menjadi bintang utama, dia tidak akan terkenal seperti sekarang ini. Tetapi karena semangat juangnya ingin tetap menjadi tokoh utama walaupun dengan upah minimal, mengantarkannya pada kesuksesan dan keberhasilan.
Naikkan Derajat
Demikianlah kalau menjadikan masalah sebagai batu loncatan mencapai kemenangan, bukan sebagai musuh yang harus dihindari. Ia akan menjadikan kita mampu meraih kemenangan dan kesuksesan.
Sebenarnya, masalah adalah cobaan yang diberikan Allah kepada manusia. Allah tidak akan memberikan cobaan kepada seseorang di luar batas kemampuannya. Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 286, Allah berfirman. “Laa yukallifullaahu nafsan ilaa wus’ahaa”, yang artinya, “ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya”.
Maka ketika mendapatkan suatu masalah , hendaknya kita hadapi dengan tenang dan dengan hati yang jernih. Tak perlu kita merasa tidak mapu menghadapinya. Tak perlu kita bersedih hati. Yakinlah, bahwa masalah sebenarnya adalah sebuah anugerah dari Allah agar derajat kita semakin meningkat di sisi-Nya. Wallaahua’lam bis showab.
*) Penulis merupakan anggota Asosiasi Penulis Islam (API) STAIL
0 komentar:
Posting Komentar