Oleh: R. Yahya*
Saya menulis apa? Apa yang saya tulis? Itulah kalimat-kalimat pertama yang terlintas dalam pikiran saya ketika memulai tulisan ini. Terkait dengan dua kalimat tanya di atas, sempat saya baca dalam sebuah buku yang dimiliki oleh salah satu teman saya di pondok yang berjudul Menulis Itu Jenius. Dari buku tersebut terdapat berbagai macam kalimat motivasi pada setiap halamannya, bagi setiap orang yang masih amatir dalam dunia menulis dan berminat untuk menyelaminya.
Dari
sekian banyaknya kalimat motivasi yang dimuat pada buku tersebut, namun hanya
satu kalimat yang mampu menjadi sebuah pelecut bagi saya untuk senantiasa terus
menulis. Kalimat tersebut seakan memang ditakdirkan bagi saya untuk memahaminya
pada awal saya membuka buku tersebut. Ajaibnya, hmm.. mungkin ngga ajaib juga,
sih. Biasa aja. Pada awal saya menyentuh dan membukanya, saya tidak mencari
halaman pertama dari buku tersebut ataupun kata-kata pendahuluannya, melainkan
saya membuka buku itu dengan secara tidak sengaja langsung tertuju pada suatu
halaman yang di dalamnya terdapat kalimat yang maknanya sungguh menghanyutkan
saya pada lautan inspirasi dan samudera motivasi. Melecut jiwa saya yang
berpotensi untuk selalu beraksi, mengukir segala makna yang tampak dalam berbagai
macam fenomena, dan menorehkan rangkaian kata-katanya melalui sebuah pena.